Friday 4 June, 2010

"Dan Dia menjadikan padanya gunung-gunung yang kukuh di atasnya,Dia berkati dan Dia tentukan padanya makanan sumber-sumber kehidupan dalam empat masa, (jawaban) yang sama bagi orang yang bertanya"(Al-Fushshilat 4:9)

Senin, 31 Mei 2010
Mading Bentuknya Sudah Tiga Dimensi
Melatih Kecerdasan Berpikir
MAJALAH dinding atau yang lebih akrab disebut mading, merupakan media informasi dan komunikasi. Mading, saat ini hadir di sekolah-sekolah baik tingkat SMP maupun SMA. Di sekolah, mading biasanya digunakan sebagai wahana informasi bagi siswa dan juga wadah kreatifitas mereka.

Menurut buku yang berjudul Membina Majalah Dinding karya Nursito (1999), mading memiliki sejumlah manfaat. Di antaranya, sebagai media komunikasi yang termurah, wadah kreativitas, menanamkan kebiasaan membaca, pengisi waktu, melatih kecerdasan berpikir, melatih berorganisasi, dan mendorong anak untuk latihan menulis.

Manfaat ini, pun dirasakan pembina ekskul Kertas 9, Rizal Sapari, mading merupakan media informasi dan komunikasi yang sangat efektif bagi siswa. Mading di SMAN 9 ini masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler Kertas 9. Awalnya, dalam penyebaran informasi SMAN 9 Bandung membuat majalah sekolah. Namun, pada 1990-an majalah ini, diganti dengan majalah dinding atau mading.

"Mading lebih efektif, semua informasi bisa masuk dan tidak dibatasi. Bisa informasi soal ilmu, ataupun curhat pribadi bisa masuk ke sana," ujar Rizal yang ditemui di SMAN 9 Bandung, Jln. L.L. Suparmin, Kamis (27/5).

Mading, kata Rizal, bisa dijadikan wahana kreativitas siswa. Keberadaan mading pun bisa memotivasi siswa untuk mencari data dan melatih menulis. Data yang diambil tak hanya dari buku, tapi juga sumber lainnya seperti majalah, koran, internet atau wawancara langsung.

"Mading lebih menggali kreativitas anak untuk mengembangkan diri. Hasil karya yang dituangkan dalam mading merupakan hasil dari ide siswa atau pun hasil rembukan tim," tandasnya. Hasil karya yang ditempel dalam mading pun, lanjutnya, lebih disenangi para siswa. Karena tulisannya lebih padat dan ringkas, sehingga mudah dimengerti siswa. Misalnya tulisan soal sains, di buku bisa saja lebih panjang sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk membacanya. Tapi dalam mading, siswa bisa membacanya secara ringkas karena intinya yang dituangkan.

"Tulisan mading lebih ringkas dan padat, memang seperti instan, tapi siswa bisa tahu apa maksudnya," tandasnya.

Untuk pembuatan mading saat ini, tambah Rizal, tidak hanya aspek jurnalistik yang dilibatkan, tapi juga aspek dekoratif dan artistik. Bentuk mading sudah bergeser dari flat ke tiga dimensi. Dimana hasil karya siswa baik itu berupa informasi soal sains, fashion, gadget, puisi ataupun yang lainnya tidak hanya dituang dalam selembar karton. Tapi, kini ditempelkan dalam styrofoam yang dihiasi berbagai gambar dan tulisan-tulisan unik.

"Dengan begitu siswa jadi lebih tertarik untuk mengisi ataupun membacanya," ungkapnya sambil menambahkan, dengan kreasi ini mading SMAN 9 Bandung pada 2008 dan 2009 keluar sebagai juara I lomba mading se-Kota Bandung.

Menurut Kabid Pendidikan SMA/ K Dinas Pendidikan Kota Bandung, Dedy Dharmawan, mading sebenarnya bukan kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan bagi sekolah. Meski tak diwajibkan, namun rata-rata di sekolah mading ini sudah ada, bahkan perkembangannya cukup baik. "Rata-rata sudah ada mading di sekolah, karena mading ini mampu menjadi media komunikasi dan ekspresi para siswa," ungkapnya. (yeni siti apriani/"GM")**